Rabu, 10 Juni 2009

Proposal; Metodologi Penelitian Sosial

Mempotret Gerakan Mahasiswa
Sebagai Agent of Social Change



A. Latar Belakang
Diskursus mengenahi gerakan mahasiswa sebagai agent of social change sudah lama menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir sepanjang tahun di setiap perguruan tinggi di Indonesia. Mahasiswa sebagai insan terdidik yang mempunyai pandangan kritis terhadap segala problematika kehidupan sosial masyarakat merupakan sebuah tanggungjawab besar yang harus ia jalankan. Tak cukup hanya sekedar kritis saja tentunya untuk melakukan sebuah perubahan sosial yang di inginkan seluruh elemen masyarakat demi terciptanya sistem atau tatanan yang tepat sasaran.
Hal ini dapat di lihat, sejarah Indonesia modern telah menunjukkan bahwa generasi muda yang diwakili oleh mahasiswa hampir selalu tampil sebagai penentu perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, tampaknya gerakan kaum muda itu analog dengan perjuangan intelektual yang terjadi pada awal abad 20, dari tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Perubahan yang terjadi senantiasa ditentukan oleh kalangan muda kampus; mahasiswa.
Fenomena yang kita temukan sepertinya menunjukkan posisi gerakan mahasiswa yang menyilang kekuasaan para penguasa itu, telah menjadi kekuatan koreksi yang membawakan hati nurani masyarakat yang ditindas oleh orientasi kekuasaan yang telah disalahgunakan bagi kepentingan pribadi-pribadi pemegang kekuasaan itu yang bukan lagi berorientasi pada kepentingan kemajuan bangsa.

Gerakan-gerakan mahasiswa yang terjadi di kampus-kampus merupakan bentuk dari implementasi dan refleksi diri mahasiswa di bidang ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari bangku perkuliahan dan langsung implementasikan dalam bentuk riil sebuah gerakan konkrit dengan berbagai macam diskusi dan pembacaan terkait isu-isu ataupun kebijakan yang dilakukan pemimpinnya guna menuntut perbaikan, mengkritisi dan menolak segala bentuk kebijakan sistem yang di bangun atas dasar kepentingan dan keinginan yang tidak jelas serta mengkungkung kreatifitas serta aktifitas mahasiswa dan masyarakat.

Kebijakan yang dilansir/dianggap menindas akan dengan cepat di respon oleh aktivis-aktivis organisasi yang ada di kampus-kampus semisal HMI, PMII, IMM, KAMMI, GMNI, SMI dan lain-lain, baik itu kebijakan kampus, maupun kebijakan yang bersifat nasional. Hal inilah yang menjadi sebuah motivasi gerakan mahasiswa untuk melakuakan kritik, penolakan dan gerakan perubahan sosial yang sesuai keadaan/realitas yang ada pada masyarakat serta memihak pada rakyat. Kenaikan harga BBM semisal memicu adanya gerakan perlawanan mahasiswa sebagai sebuah tanggungjawab kehidupannya sebagai insan intelektual yang mempunyai rasa kritis dan empati tinggi bagi masyarakat sebagai agen perubahan sosial.

Dapat dilihat lebih jauh, bahwa gerakan mahasiswa telah memberikan konstribusi bagi Nusa dan Bangsa. Fakta sejarah yang tak terbantahkan bahwa mahasiswa senantiasa terus melakukan gerakan perlawanan terhadap penguasa otoriter dan represif Orde Baru. Hal demikian merupakan bentuk tanggungjawabnya sebagai insan intelektual yang memiliki cita-cita tinggi sebagai agen perubahan sosial yang mempunyai pandangan luas dan responsif terhadap berbagai macam problem masyarakat yang terjadi. Ini tidak lepas dari perkembangan sejarah Indonesia yang selalu diwarnai dengan belenggu krisis multidimensi serta sikap lalim penguasanya. Hal mendasar munculnya gerakan mahasiswa didasari atas sikap kritisnya terhadap kebijakan yang dianggap menindas dan juga maraknya praktek-praktek ketidakadilan, pembodohan, dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki. Mahasiswa menjadikan dirinya sebagai perpanjangan tangan rakyat dalam menyampaikan aspirasi rakyat kepada penguasa. Dalam situasi yang demikian itu gerakan perlawanan mahasiswa sebagai agent of social change memang dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi vis a vis penguasa. Begitu banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan, telah menghasilkan pula pelbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan politik kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam merespon masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan berkembang di tengah masyarakat.

Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas keperduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau kontrol atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranan gerakan mahasiswa sebagai egen perubahan sosial menjadi begitu penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakkan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.

Menurut Arbi Sanit, ada lima sebab yang menjadikan mahasiswa peka dengan permasalahan kemasyarakatan sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat, dengan kata lain adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat, memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier.

Disamping itu ada dua bentuk sumber daya yang dimiliki mahasiswa dan dijadikan energi pendorong gerakan mereka. Pertama, ialah Ilmu pengetahuan yang diperoleh baik melalui mimbar akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian. Kedua, sikap idealisme yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa . Kedua potensi sumber daya tersebut ‘digodok’ tidak hanya melalui kegiatan akademis didalam kampus, tetapi juga lewat organisasi-organisasi ekstra universitas yang banyak terdapat di hampir semua perguruan tinggi.

Di Indonesia terdapat banyak organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan ormas mahasiswa, yang cukup menonjol, yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan lain-lain. Kesemuanya menarik untuk dikaji karena sama-sama membawa label Islam sebagai identitas organisasinya, namun memiliki corak wacana dan strategi perjuangan yang khas. Sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa pengulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani sudah cukup berhasil menyadarkan masyarakat akan arti kebebasan dan partisipasi, walau gagal menyadarkan arti kemerdekaan dan kemandirian.
Dan jika kita tinjau ulang keberadaan gerakan mahasiswa di negeri ini dalam konstelasi sosial politik tak bisa dipandang sebelah mata. Keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil kebijakan . Dan disadari atau tidak bahwa peran gerakan mahasiswa telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perubahan yang terjadi di Indonesia, inilah yang kemudian disebut sebagai gerakan mahasiswa agent of social change (agen perubahan sosial).

Dalam sejarah perjalanan bangsa pasca kemerdekaan Indonesia, tidak bisa disangkal lagi mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, dan terahir pada runtuhnya Orde Baru tahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Sepanjang itu pula mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi perlawanan dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan.

B. Tujuan Penelitian
a. Proses belajar kepada fakta sosial, perilaku sosial dan dinamika sosial untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan realita kehidupannya untuk selalu progres dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
b. Memberikan pengetahuan dan merangsang nalar intelektual masyarakat agar berfikir dan berperilaku secara kritis dan partisipatif-revolusioner.
c. Meningkatkan wawasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan, kemasyarakatan dan kebangsaan dalam berdemokrasi sesuai konteks dinamika bangsa.
d. Membentuk jiwa dan mempertajam kritis-intelektualitas dalam memahami Visi dan Misi dari gerakan mahasiswa.
e. Memahami peran, fungsi dan gerakan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial.
f. Memahami atau menggali otensitas peran dan fungsi mahasiswa yang paling ideal dalam konteks saat ini.
g. Media transformasi intelektual dalam kancah akademik demi terciptanya mahasiswa yang sadar realitas dan memiliki dedikasi tinggi dalam merespon gejala yang terjadi di dalam maupun di luar kampus.

C. Pertanyaan Penelitian
a. Selain sebagai insan akademis yang terdidik, apa peran/fungsi yang substansial sebagai mahasiswa?
b. Indikasi apa yang mendorong mahasiswa untuk melakukan gerakan sosial?
c. Kesuksesan apa yang pernah dicapai oleh gerakan mahasiswa sebagai agent of social change?
d. Perubahan sosial bagaimanakah yang di inginkan oleh gerakan mahasiswa?
e. Kenapa setiap kebijakan yang keluar dari pemimpin hampir semuanya dikritisi oleh gerakan mahasiswa?
f. Benarkah gerakan mahasiswa sebagai agent of social change (agen perubahan sosial)?

D. Rencana Penelitian (time schedule) Sementara
Untuk mempermudah langkah-langkah penelitian dan agar lebih sistematis dalam proses pencarian/pengumpualn data maka rencana penelitian (time schedule) sementara ini sangat perlu untuk dibuat, yakni sebagai berikut:
- Untuk 2 hari pertama tahap pencarian (membaca referensi, mencari sumber-sumber tertulis dan media) dan mengetahui masalah urgen yang melatar belakangi.
- Hari ke-3 dan 4, menulis pokok-pokok pikiran atau pendapat ilmuan secara sistematis mengenahi penelitian terkait.
- Kemudian hari ke-5 dan 6/terakhir digunakan untuk menganalisis data yang telah ada dan disesuaiakan dengan pertanyaan yang telah dibuat penelitian sehingga urutan-urutan penelitian yang di iniginkan selesai dengan baik dan sistematis.

E. Model Penelitian
Model penelitian ini bersifat eksploratif (mengungkapkan) atau eksplanatif yakni menjelaskan/memaparkan obyek penelitian, artinya setiap permasalahan atau informasi dan data dalam obyek penelitian yang ada selalu di angkat dan di analisis sesuai fakta yang telah ada dan berdasar atas referensi yang dipakai penelitian, sehingga tentunya tidak ada keberpihakan dan justifikasi (baik dan buruk) obyek penelitian.




E. Daftar Pustaka
1. Rum Aly, Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter, Kompas, Jakarta; 2004
2. Sanit, Arbi dan M Rusli, “HMI MPO dalam Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia”, 1997.
3. Sanit, Arbi, “Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik”, 1999.
4. Huda, Nurul, “PMII Kader Minoritas Progresif”. Suara Merdeka, 31/06/2001.
5. Rahmat, Andi dan Muhammad Najib, “Perlawanan dari Masjid Kampus”, 2001.
6. Jurnal Pemikiran Islam Vol.I, No.2,Juni 2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia.

Tidak ada komentar: