Kamis, 17 April 2008

AL QURAN

AL-QUR’AN

Oleh : Khirzul Muhammad*


A. Definisi Quran

Quran secara etimologi berasal dari kata qara’a – yaqra’u yang mempunyai arti membaca, mengumpulkan dan menghimpun sedangkan qur’anan/qira’atan bentuk ketiga/masdar (infinitif) dari qara’a dalam grammatical arabic (shorof) qur’anan yang mempunyai arti “bacaan” (Qara’a - Yaqra’u - Qur’anan/Qira’atan). Sedangkan secara termiologi Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala /yang pembacaannya merupakan suatu ibadah. Tidak hanya membaca yang mendapatkan pahala atau dikatakn ibadah, yang mendengarnya pun akan mendapatkan rahmat/kasuih sayang dari Allah. Dalam Al Qur’an sendiri dijelaskan dalam surat al A’raf [7]:204) “dan ketika Al Quran dibaca, maka dengarkan dan perhatikanlah supaya kamu mendapat rahmat (kasih sayang)”.

B. Nama-Nama Al Quran

Dalam Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran {Manna Khalil Al-Qattan; 2001}, ada enam nama yang disebutkan, sedangkan dalam Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al Qur’an {Dr. Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi; 1996} hanya disebutkan lima tanpa menyebutkan nama at Tanzil sebagai nama dari Al Quran, entah apa maksud dari penulis buku di atas. Namun kami mencoba menyebutkan semua sebagai khazanah pengetahuan kami dalam ilmu-ilmu Al Quran;

* Quran
“Sesungguhnya Quran (bacaan) ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.” (Al Isra’ [17]:9)

* Kitab:
“Telah Kami turunkan kepadamu al Kitab (tulisan) yang di dalamnya terdapat sebab –sebab kemuliaan bagimu” (Al Anbiya [21]:10)

* Furqan:
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al Furqan (pembeda) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada semesta alam.” (Al Furqan [25]:11).

* Dzikr:
“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az Dzikr (pengingat), dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar akan menjaganya.” (Al Hijr [15]:9).

* Tanzil:
”Dan Quran ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (As Syu’ara [26]:192).

* Nur:
“Wahai manusia, telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhan-Mu, dan telah Kami turunkan kepadmu Nur (cahaya) yang terang benderang.” (An Nisa’ [4]:174).

Namun nama-nama di atas yang lebih populer diketahui dan dimengerti oleh masyarakat pada umumnya adalah al Quran dan al Kitab dari nama-nama al quran yang lain, dinamakan Quran karena ia “dibaca” dengan lisan dan dinamakan Kitab karena “ditulis” dengan pena. Kedua nama ini menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataan tekstualnya.

C. Perbedaan Al Quran dengan Hadits Qudsi

Sebelum mengetahui perbedaan keduanya, pertama yang lebih dulu adalah mengetahui definisi tentang Hadits Qudsi sehingga akan terasa lebih jelas tentang perbedaan keduanya. Hadits Qudsi adalah hadits yang oleh Nabi saw disandarkan kepada Allah /setiap hadits Nabi Muhammad saw yang perkataannya disandarkan kepada Allah Azza Wa Jalla atau bisa disebut dengan Hadits Ilahi.
Setelah mengetahui definisi hadits qudsi diatas sekarang kita berbicara tentang perbedaan-perbedaan tentang keduanya;

a. Membaca Al Quran merupakan ibadah dan dihitung setiap hurufnya, sedangkan Hadits Qudsi tidak, namun jika berniat untuk mempelajari dan mengaplikasikannya maka itu dihitung ibadah.

b. Al Quran tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci (namun, perspektif ini ada khilaf; ada yang mengatakan orang yang suci itu orang yang mempunyai wudlu, ada juga yang mengatakan orang suci itu adalah manusia yang pada fitrahnya memang lahir dalam keadaan fitrah) sedangkan hadits qudsi tidak.

c. Al Quran disebut kumpulan ayat dan surat (mushaf), sedangkan hadits qudsi tidak disepakati adanya ayat dan surat.

d. Seluruh isi Al Quran dinukil secara mutawattir, sehingga kepastiannya sudah mutlak, sedang hadits-hadits qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan.

e. Al Quran hanya dihubungkan dengan Allah swt, sedang hadits qudsi dihubungkan kepada Allah dari segi isinya saja dan penyampaiannya disandarkan kepada Nabi saw. Maka sering dikatakan “Nabi bersabda tentang sesuatu yang diriwayatkan dari Tuhannya.”

f. Al Quran merupakan mu’jizat Nabi Muhammad saw, sedangkan Hadits Qudsi tidak merupakan mu’jizat.

D. Cara Pewahyuan Al Quran

1. Dengan perantaraan
a. Melalui Malaikat Jibril yang menampakan diri dalam bentuknya yang asli, hal ini berdasarkan atas keterangan;
”Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain (yaitu) di sidratul muntaha.” (An Najm; 13-14)

b. Melalui Malaikat Jibril yang menampakan sebagai seorang laki-laki. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab r.a juga dari Aisyah r.a
“Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku dan aku pun memahami apa yang dia katakan.”

c. Melalui malaikat Jibril tetapi tidak menampakkan dirinya, karena itu wahyu lansung dimasukkan kedalam sanubari Nabi Muhammad saw. hal ini berdasarkan Quran;
“Atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izinnya apa yang Dia kehendaki, Dia Maha Tinggi dan Bijaksana”

d. Kadang-kadang wahyu datang kepada Nabi Muhammad saw. seperti suara gemerincingnya lonceng yang menderu-deru. Cara paling berat buat Rasul dan suara itu mungkin sekali suara kepakan sayap-sayap para malaikat, seperti diriwayatkan dalam hadits;
“Apabila Allah mengkendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai diatas batu-batu yang licin”

“Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng dan itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya.”

2. Tanpa Perantaraan
Melalui mimpi yang benar dalam tidurnya, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah Ummul Mukminin r.a
“Dari Aisyah r.a dia berkata: sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar diwaktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya pagi.” (Muttafaq ‘alaih)
Sebagaiman turunnya surat Al Kautsar yang diturunkan melalui mimpi, karena adanya satu hadits mengenahi hal itu. Di dalam “sohih muslim”, dari Anas r.a dia berkata: “Ketika Rasul saw. pada suatu hari berada diantara kami di dalam masjid, tiba-tiba beliau mendengkur, lalu mengangkat kepalanya dalam keadaan tersenyum. Aku tanyankan kepadanya: ‘Apakah yang menyebabkan engkau tersenyum wahai Rasul?beliau menjawab: tadi telah turun kepadaku sebuah surat, lalu beliau membacakannya; ‘Bismillaahiarrahmaanirrahiim, innaa a’thainaa kal kautsar, fashalli lirabbika wanhar, innasyaaniaka huwal abtar.”



* Penulis adalah Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lahir di Tuban Jawa Timur di sebuah Desa kecil pesisir pantai utara kota Tuban yang sekarang aktif di PMII “Humaniora Park” Rayon Fakultas Ilmu Sosial dan Humaiora.





DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad ‘Ajaj al Khatib, Ushulul Hadits (ulumuhu wa mushtholihuhu), Darul Fikr
Drs. Moch. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan, PT Bina Ilmu; Surabaya; 1991

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, PT Hidakarya Agung; Jakarta

Dr. Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi, Ulumul Qur’an (studi kompleksitas al qur’an), Titihan Ilahi Pres; Yogyakarta; 1996

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Pustaka Litera Antara, Bogor; 2001

Tidak ada komentar: