Kamis, 08 Januari 2009

KEWIRAUSAHAAN

URGENSI JIWA INTERPRENEURSHIP BAGI MAHASISWA;
SEBAGAI JALAN ALTERNATIF MENUJU KESUKSESAN


A. Pendahuluan

Wirausahawan, betapa langka profesi ini dikalangan mahasiswa Indonesia. Wisudawan atau wisudawati dikalangan Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta lebih senang berorientasi menjadi pegawai atau pejabat pemerintahan. Padahal pendidikan soft skill dengan mengenyam matakuliah Kewirausahaan semisal atau juga dengan mengikuti seminar-seminar tentang Kewirausahaan bisa digunakan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa itu sendiri. Namun, hal demikian itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tentunya. Matakuliah Kewirausahaan harus di desaign benar-benar menarik sehingga mahasiswa yang mengikuti matakuliah Kewirausahaan interest untuk menekuni dunia ini. Paling tidak, jiwa Kewirausahaan tumbuh dalam diri mahasiswa guna sebagai motivator atau jalan alternatif dalam berupaya mengangkat status sosialnya di masyarakat.
Salah satu program strategis yang telah dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mulai tahun 2008 lalu adalah program kewirausahaan mahasiswa. Program ini dimaksudkan untuk menjawab berbagai persoalan relevansi pendidikan tinggi yang terjadi saat ini. Salah satu problem terberat juga adalah problem ironi pendidikan Indonesia yang menunjukkan bahwa semakin lama seorang anak bersekolah semakin tidak mandiri (http://www.dikti.go.id). Opsi pengembangan kewirausahaan mahasiswa sebetulnya bukan tanpa preseden. Beberapa kampus, institusi, dan pihak yang peduli akan urgensi jiwa kewirausahaan ini tidak cukup hanya berhenti pada makna dari sekedar penjiwaan saja. Melainkan sudah memulai bagaimana menjadikan kewirausahaan sebagai suatu budaya yang menginternal pada setiap Perguruan Tinggi dan segenap civitas akademika, terutama mahasiswanya, jelas. Karena sampai saat ini pun, orientasi lulusan di Perguruan Tinggi yang banyak diketahui cuma itu-itu saja, yakni bagaimana cara melamar atau mencari pekerjaan. Semestinya dengan kemampuan pengalaman dan pengetahuan keilmuan yang ia peroleh tidak lagi hanya berorientasi mencari atau melamar kerja (job seeker), tapi bagaimana menciptakan lapangan kerja (job creator) sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan nasional.
Diskusi dan bincang-bincang mengenahi jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa sudah terlihat disetiap matakuliah Kewirausahaan ini yang mencoba diberi “virus”, bertujuan untuk menarik perhatian dan kesadaran akan pentingnya jiwa kewirausahaan dikalangan mahasiswa. Namun demikian pada kenyataannya tak gampang menular dan ditularkan. Itulah jiwa kewirausahaan. Berbagai cara sudah ditempuh untuk menularkan “virus kewirausahaan” ini. Anehnya virus ini tak juga menular dikalangan mahasiswa pada umumnya. Padahal, jiwa kewirausahaan atau enterpreneurship penting ditumbuhkan sejak awal agar dapat mendorong atau memotivasi suksesnya seseorang dalam hal ini mahasiswa sebagai subyek perubahan dalam masyarakat, bukan malah menjadi penyumbang angka kemiskinan dan pengangguran (penyumbang beban pembangunan nasional).
Pada kenyataannya sampai sekarang pun masalah pengangguran memang masih menjadi kasus serius atau tema yang senantiasa selalu di gagas oleh setiap pelaku ekonomi, baik pemerintah, instansi pendidikan, pelaku usaha dan masyarakat. Sekarang saja angka pengangguran sudah mencapai 20 juta orang lebih. Belum ditambah setiap tahunnya angka pengangguran meningkat rata-rata dua juta per tahun. Angka pengangguran yang memang fantastis tersebut disumbang besar oleh tingginya jumlah setiap sekolah dan Perguruan Tinggi menelurkan lulusannya. Berbagai solusi dan kebijakan senantiasa diambil oleh pemerintah dan pelaku ekonomi untuk menekan laju angka pengangguran tersebut. Namun tetap saja angka pengangguran tetap tinggi dan akhirnya selalu menjadi Pekerjaan Rumah bagi bangsa ini. Kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja sangat relevan di tengah tingkat pengangguran yang masih tinggi dan demikian ini merupakan jalan alternatif untuk meraih kesuksesan apalagi ditengah krisis global yang terjadi sekarang ini. Meskipun hal ini tergantung tingkat kreatifitas dari masing-masing entrepreneur untuk menggalinya sehingga produk yang dihasilkan relevan di market (marketable). Karena bukan tidak mungkin sekarang, bahwa mahasiswa bisa menjadi jutawan bahkan milyader yang tentunya tanpa meninggalkan nilai-nilai.
Mahasiswa dianggap telah cukup mumpuni dan mempunyai skill, pengalaman dan pengetahuan yang di peroleh dari bangku kuliah. Artinya bahwa, mahasiswa seharusnya menjadi front-liner untuk menjawab tantangan atau masalah ini (pengangguran dan kemiskinan) dengan menumbuhkan, menerapkan dan mengejawantahkan jiwa enterpreneurshipnya dalam karya-karya nyata di masyarakat sebagai bentuk implementasi status dan prestisenya sebagai agent of social change. Salah satu cara paling sederhana yaitu sadar akan peran penting tumbuhnya semangat jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa dan masyarakat. Khususnya juga bagi lembaga pendidikan, tidak hanya sekedar menumbuhkan semangat atau jiwa kewirausahaan saja, tetapi bagaimana membangun konsep berfikir dan mendorong secara praktis kemampuan enterpreneurship lulusannya agar dapat sukses menempuh cita-cita dan tujuan hidupnya serta mampu ikut andil dalam merubah arus dan problem (kemiskinan dan pengangguran) yang terjadi di negaranya yakni dengan cara menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan bagi pribadi dan masyarakat pada umumnya.

B. Pembahasan
Urgensi Jiwa Interpreneurship bagi Mahasiswa
Sebagaimana statement di atas bahwa jiwa kewirausahaan penting bagi segenap mahasiswa sebagai jalan alternatif menuju kesuksesan mahasiswa yang sampai sekarang pun relatif minim. Kalau perlu jiwa kewirausahaan itu ditumbuhkan sejak dini guna mahasiswa agar tidak mudah mahasiswa terpengaruh atau iming-iming sebagai pegawai, politikus dan birokrat. Jiwa kewirausahaan bukan semata-mata merupakan ajaran pragmatis-materialis yang tak jarang di tolak mahasiswa. Namun pentingnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan diidealkan guna menjawab tantangan kehidupan materialis baik masyarakat maupun mahasiswa dalam mengimbangi arus persaingan dan problem kemiskinan serta pengangguran yang terjadi dalam bagsa dan negara. Dilain pihak jiwa kewirausahaan juga merupakan alat untuk berdedikasi pada kemanusiaan apabila ia mampu mengejawantahkan jiwa enterpreneurshipnya dalam sumbangsihnya bagi bangsa dan negara. Jika ia kreatif dan sukses serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang diperuntukkan oleh segenap masyarakat yang membutuhkan maka ia telah berhasil dalam mengurangi problem sosial bangsanya demi kehidupan yang lebih baik tentunya.
Jiwa kewirausahaan/kemampuan kewirausahaan tidak hanya dibutuhkan oleh pengusaha atau mereka yang terjung di dunia wiraswasta, tetapi diperlukan dalam profesi apapun. Karena seseorang dengan kemampuan wirausaha akan dapat menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship penting ditumbuhkan sejak awal agar dapat mendorong suksesnya seseorang. Kewirausahaan yang dapat menciptakan lapangan kerja sangat relevan di tengah tingkat pengangguran yang masih tinggi. Hal ini mengemuka dalam Seminar Nasional "Success Story Alumni Undip" yang digelar Minggu (23/9). Hadir sebagai pembicara pemilik Penerbit Karya Toha Putra Hasan Toha, Wakil Ketua Kadin Jateng Dhodit LA Wardhana, dan Asisten Direktur Suara Merdeka Adi Ekopriyono.
Namun juga peran penting Perguruan Tinggi dapat mengatasi jumlah penganguran intelek yang terus meningkat. Maka disamping Perguruan Tinggi mempunyai peran sangat penting sebagai institusi yang mencetak kader intelekual atau mencerdaskan anak bangsa, terutama mahasiswa yang memiliki pandangan jauh ke depan yang banyak didambakan amal baktinya oleh masyarakat. Pembelajaran untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di setiap bidang pendidikan menjadi sangat penting, jangan sampai setiap lulusannya hanya berharap menjadi sebagai karyawan, pegawai atau PNS (pegawai negeri sipil) saja melainkan Perguruan Tinggi diharapkan dapat menjadi satu alternatif untuk menciptakan situasi kondusif bagi penumbuhkembangan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa.
Dari pembelajaran yang dilakukan di atas diharapkan memperoleh hasil berupa peningkatan jiwa kewirausahaan serta meningkatnya wawasan kewirausahaan yang lebih baik dan terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Kewirausahaan atau Entrepreneurship merupakan perilaku dinamis, berani mengambil risiko, reaktif dan berkembang. Pelaku entrepreneurship disebut entrepreneur. Sebagai mahasiswa yang memilki jiwa enterpreneur ia adalah seorang pengejar kesempatan dalam masalah atau ancaman. Dan ciri ciri seorang entrepreneur adalah sebagai berikut: Mengendalikan secara internal, sangat kuat, sangat ingin berprestasi, toleran, percaya diri, berorientasi kerja.
Disamping itu menurut Ciputra ada tiga hal penting yang menjadi ciri pembeda seorang wirausahawan yaitu pertama mampu menciptakan kesempatan (opportunity creator), mampu menciptakan hal-hal atau ide-ide baru yang orisinil (innovator) dan berani mengambil resiko dan mampu menghitungnya (calculated risk taker).
Apalagi sebagai mahasiswa Islam yang secara doktrin telah mempunyai motivasi tinggi tentang enterpreneurship pendahulunya. Karena hal demikain telah dicontohkan oleh pendahulu kita yakni Muhammad ibn Abdillah sebagai pedagang atau saudagar yang jujur, amanah, tahan banting (tidak putus asa) dan sabar. Sebuah refleksi sejarah yang semestinya harus dicontoh oleh pengikut-pengikutnya.
Fakta yang jelas memprihatinkan. Padahal, Clifford Geertz meyakini, para santri (muslim) Indonesia bakal menjadi elite pengusaha Indonesia di masa depan. Fakta ini merupakan hasil studi antropolog AS tersebut, terutama dalam bukunya “The Religion of Java” (1960), dalam upaya untuk menyelidiki siapa di kalangan muslim yang memiliki etos entrepreneurship. Dalam penelitian itu, Geertz menemukan, etos itu ada pada kaum santri yang ternyata pada umumnya memiliki etos kerja dan etos kewirausahaan yang lebih tinggi dari kaum abangan.
Disamping mahasiswa dianggap telah cukup mumpuni dalam pengalaman, pengetahuan tentang keilmuan tertentu baik teoritis dan praksis, maka hal demikian tidak cukup dalam hal enterpreneurship. Dalam dunia enterpreneurship selain pengalaman, pengetahuan yang paling sangat dibutuhkan adalah skill mahasiswa dalam melakukan olah atau proses enterpreneurship. Skill merupakan hal yang sangat urgen untuk menentukan kelincahan dan keahlian seseorang.
Kompetensi adalah seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/ kegiatan.....pemahaman wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut diantaranya keterampilan manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi (human skill) dan keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decicion making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill) dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik.

Hal demikian juga ditegaskan oleh Bob Widyahartono MA.
Kewirausahaan kolektif merupakan kombinasi dari berbagai sifat dan perilaku manusia, antara lain talenta, energi, komitmen berinovasi sebagai suatu tim. Dalam kewirausahaan kolektif, maka potensi dan keahlian, serta sifat dapat diandalkan (skill and credibility) individual secara mudah dapat diintegrasikan dalam suatu kelompok yang saling mencerahkan.

C. Tujuan dan Manfaat
Ada beberapa harapan dan manifest yang diinginkan akan urgensi tumbuhnya jiwa kewirausahaan dikalangan mahasiswa baik yang telah lulus mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi maupun yang belum lulus dan yang akan segera lulus dengan planing-planing yang telah disiapkan jauh-jauh hari. Antara lain:
1. Memberikan penyadaran akan pentingnya kontribusi dalam menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia
2. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di dunia perguruan tinggi sebagai pilar ekonomi nasional demi terciptanya keadaan sosial yang baik
3. Menumbuhkembangkan motivasi mahasiswa dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya pribadi maupun orang lain.
4. Membuka peluang akan kreatifitas wirausaha bagi mahasiswa
5. Dapat mengimplementasikan teori ke praktek di masyarakt, dan berkolaborasinya berbagai disiplin ilmu yang telah diperolehnya di Peeguruan tinggi dalam berwirausaha.
6. Mahasiswa mempunyai semangat dan motivasi wirausaha yang tinggi sebagai jalan alternatif menuju sukses.

D. Penutup
Melalui analisa mengenai urgensi dari jiwa kewirausahaan yang tumbuh dalam diri mahasiswa atau dalam lingkup pendidikan di perguruan tinggi, mudah-mudahan memberikan pemahaman kepada kita bahwa sikap kemandirian, pengetahuan manajerial, leadership, motivasi dan berbagai aspek yang berkaitan dengan technical maupun human skill merupakan satu mata rantai yang perlu dikembangkan menjadi suatu budaya dan paradigma berfikir dalam menyikapi tantangan akan tujuan hidup yang dicita-citakan.
Dan juga semoga dapat menjadi kesadaran bersama bahwa mahasiswa mempunyai tanggungjwab moral dan sosial kepada masyarakat sebagai agent of social change yang tentunya dapat merealisasikannya dengan salah satu cara yakni enterpreneurship. Bukan semata-mata mengajarkan materialis. Tapi hal ini sebagai sebuah persembahan bagi masyarakat tentang tanggungjawab mahasiswa sebagai insan cendikia yang mampu memberikan motivasi untuk meringankan beban bangsa dan negaranya dalam ranah sosial-ekonomi demi tercitanya pertumbuhan nasional yang merata.
Sebagai insan cendikia tentunya, kemampuan mengeksplorasi sumber daya tidak akan serta merta terwujud jika tidak dibarengi dengan upaya kreativitas dan inovasi serta motivasi diri untuk menjadi yang lebih baik. Kesemua hal tersebut sebenarnya tertuang kedalam materi kewirausahaan-sebuah pengetahuan yang merupakan lintas disiplin ilmu dengan porsi pendekatan ekonomi dan manajemen yang dikemas dari berbagai pendekatan oleh berbagai para pakar dan praktisi. Sekali lagi upaya memahami konsepsi interpreneurship yang dilakukan banyak orang-termasuk mahasiswa, mudah-mudahan memberikan keyakinan dan paradigma baru tentang salah satu variabel konsep pertumbuhan ekonomi nasional. Dan semoga tidak cukup dalam jiwa saja melainkan benar-benar ter-ejawantahkan dalam ranah publik untuk menjawab problem sosial-ekonomi nasional sehingga terciptanya kehidupan sosial lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA


- http://www.uin-suka.info
- http://www.kompas.com
- http://kodirpetani.blogspot.com
- http://www.dikti.go.id
- Geertz, Clifford, The Religion of Java”; 1960
- http://taufik79.wordpress.com
- Geoffrey G. Meredith (Kewirausahaan : Teori dan Praktek) dan Prof. Dr. Mas’ud Macffoedz, MBA (Kewirausahaan : Suatu Pendekatan Kontemporer)
- http://www.antara.co.id

Tidak ada komentar: